Sejarah Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari

obyek wisata banjar Tidak jauh dari Kota Martapura (ke arah luar kota Martapura) terdapat obyek wisata religius yaitu Desa Kelampayan Kecamatan Astambul, sebuah Makam Ulama besar yaitu Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari atau yang lebih dikenal dengan sebutan Datu Kalampaian, penyebar agama Islam di Kalimantan.
Makam Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari (datu kelampaian)
Makam ini banyak dikunjungi peziarah yang datang dari Malaysia dan Brunai Darussalam. Tiap harinya, tak kurang dari ribuan orang yang datang berziarah ke sini. Bahkan, bila hari Ahad atau hari libur Islam lainnya, paling tidak dua kali lipat lebih dari hari biasanya orang berziarah ke makam ini.
Syekh Muhammad Arsyad Albanjari hidup di tahun 1122 – 1227 Hijriah atau 1710 – 1812 Masehi.
Beliau termashyur dengan kitab besar Sabilal Muhtadin yang dipakai di banyak negara di Asia, dan sebagian Timur Tengah. Nama kitabnya diabadikan untuk nama masjid besar di Kalimantan Selatatan tepatnya di Banjarmasin, yaitu Masjid Sabilal Muhtadin.

datu kelampaianNama lengkap beliau Syeikh Muhammad Arsyad bin Abdullah bin Abdur Rahman al-Banjari bin Saiyid Abu Bakar bin Saiyid Abdullah al-’Aidrus bin Saiyid Abu Bakar as-Sakran bin Saiyid Abdur Rahman as-Saqaf bin Saiyid Muhammad Maula ad-Dawilah al-’Aidrus, dan seterusnya sampai kepada Saidina Ali bin Abi Thalib dan Saidatina Fatimah bin Nabi Muhammad SAW. Lahir di Lok gabang tanggal 19 maret 1710 M, Sebagaimana kebiasaan Ulama-ulama dahulu selalu menaruh Kota tempat tinggal dibelakang nama, seperti, Al bantani yang berasal dari banten , Al fadani yang berasal dari Padang begitupun Al Banjari yang berasal dari Banjarmasin Kalimantan. Kemasyhuran Ulama ulama yang berasal dari Indonesia di Mekkah terbilang cukup banyak, sebut saja Syekh Nawawi Al bantani , Syekh Abdul shomad al Palembani, Syekh Arsyad Al banjari dan masih banyak lagi ulama-ulama yang berasal dari Nusantara cukup terkenal di mekkah, Bahkan Syekh Nawawi Albantani setelah sekian lama berdakwa di Tanah kelahirannya, beliau kembali keMekkah sampai akhir hayatnya.
Syekh Arsyad Albanjari pun sangat terkenal dimekkah karena keluasan ilmu yang dimiliki teutama ilmu Qiraat, Bahkan Beliau mengarang Kitab Qiraat 14 yang bersumber dari dari Imam Syatibi dan uniknya kitab tersebut setiap Juz dilengkapi dengan kaligarafi khas Banjar . Karya lainnya yang cukup termasyhur dikalimantan adalah kitab Fiqih Sabilal Muhtadin dan juga menjadi rujukan Ulama-ulama di jawa.
Pada suatu hari, tatkala Sultan Kerajaan Banjar (Sultan Tahmidullah) mengadakan kunjungan ke kampung-kampung, hingga sampailah sang Sultan ke kampung Lok Gabang. Alangkah terkesimanya Sang Sultan manakala melihat lukisan yang indah dan menawan hatinya. Maka sang Sultan bertanya, siapakah pelukisnya, lalu ia mendapat jawaban bahwa Muhammad Arsyad adalah sang pelukis yang sedang dikaguminya. Mengetahui kecerdasan dan bakat sang pelukis, terbesitlah di hati sultan, sebuah keinginan untuk mengasuh dan mendidik Arsyad kecil di istana. Usia Arsyad sendiri ketika itu baru sekitar tujuh tahun.
Sultanpun mengutarakan keinginan hatinya kepada kedua orang tua Muhammad Arsyad. Pada mulanya Abdullah ayah dari Syekh Arsayd Al banjari dan istrinya merasa enggan melepas anaknya tercinta. namun demi masa depan sang buah hati yang diharapkan menjadi anak yang berbakti kepada agama, negara dan orang tua, maka diterimalah tawaran sang sultan. Kepandaian Muhammad Arsyad dalam membawa diri, sifatnya yang rendah hati, kesederhanaan hidup serta keluhuran budi pekertinya menjadikan segenap warga istana sayang dan hormat kepadanya. Bahkan sultan pun memperlakukannya seperti anak kandung sendiri.
Menginjak dewasa Syekh Arsyad al banjari belajar di Mekkah selama kurang lebih 30 tahun beliau diantara guru-gurunya adalah Syekh Athaillah al Misri Pengarang Kitab Tashauf Al Hikam, Syekh Abdus Shomad AlPalembani, Syekh Yasin Al Yamani . Selama belajar Syekh Muhammad Al abanjari telah menguasai berbagai Disiplin Ilmu dan telah memperoleh beberapa Ijazah Sanad dari guru-gurunya.
Durasi masa belajar di Mekah dan Madinah yang demikian lama serta banyaknya jumlah pelajaran dan jenis kitab dipelajari, dan kapabilitas ulama tempatnya berguru menjadikan Syekh Muhammad Arsyad bin Abdullah al-Banjari akhirnya menjadi seorang ulama besar tanah Jawa.
Sekitar tahun 1772 M Syekh Muhanmmad Arsyad Al Banjari minta ijin kepada guru-gurunya untuk kembali kekampung Halamannya di banjarmasin Untuk melakukan dakwah dan syiar islam. Dan sebelum kembali ke Kalimantan syekh Muhammad Arsyad sempat singgah dan bermalam di Jakarta di rumah salah seorang temannya sewaktu belajar di Mekkah bahkan beliau sempat memberikan petunjuk Arah Qiblat Masjid Jembatan Lima jakarta, masjid pekojan dan masjid luar batang . Setelah beberapa lama di Jakarta Beliau kembali ke Banjarmasin untuk berdakwah.
Kepedulian Syekh Muhammad Arsyad Albanjari kepada Masyarakat banjar yang hidup dibawah garis kemiskinan , membuat beliau berinisiatif bahwa dakwah tidak cukup hanya memberikan nasehat, mengajar saja Namun beliau coba mengangkat taraf hidup Masyarakat Banjar dengan melakukan Program Irigasi untuk meningkatkan hasil panen dan mengubah lahan-lahan yang non produktif menjadi lahan produktif. Dan Hasilnya pun cukup menggembirakan dan membawa mamfaat yang besar bagi masyarakat.
Selama 41 tahun Syekh arsyad Al banjari melakukan dakwah pada masyarakat banjar dan berhasil mencetak murid-murid yang mampu meneruskan perjuangan dakwahnya , dan beliau juga sering mengirim murid-murid nya untuk Hijrah dan berdakwah di daerah yang masyarakatnya haus akan ilmu-ilmu agama. Disamping itu pula beliau banyak menulis kitab diantara karya-karya beliau adalah”
1. Tuhfah al-Raghibin fi Bayani Haqiqah Iman al-Mu’minin wa ma Yufsiduhu Riddah al-Murtaddin, karya pertama, diselesaikan tahun 1188 H./1774 M.
2. Luqtah al-’Ajlan fi al-Haidhi wa al-Istihadhah wa an-Nifas an-Nis-yan, diselesaikan tahun 1192 H./1778 M.
3. Sabil al-Muhtadin li at-Tafaqquhi fi Amri ad-Din, diselesaikan pada hari Ahad, 27 Rabiulakhir 1195 H./1780 M.
4. Risalah Qaul al-Mukhtashar fi ‘Alamatil Mahdil Muntazhar, diselesaikan pada hari Khamis 22 Rabiul Awal 1196 H./1781 M.
5. Kitab Bab an-Nikah.
6. Bidayah al-Mubtadi wa `Umdah al-Auladi
7. Kanzu al-Ma’rifah
8. Ushul ad-Din
9. Kitab al-Faraid
10. Kitab Ilmu Falak
11. Hasyiyah Fathul Wahhab
12. Mushhaf al-Quran al-Karim
13. Fathur Rahman
14. Arkanu Ta’lim al-Shibyan
15. Bulugh al-Maram
16. Fi Bayani Qadha’ wa al-Qadar wa al-Waba’
17. Tuhfah al-Ahbab
18. Khuthbah Muthlaqah
Pada tahun 1807 M syekh Arsyad al banjari dipanggil Allah Swt dan beliau diamakamkan di Kalampaian Kalimantan.
Selain itu, masih sangat banyak dan masih bisa kita baca hingga sekarang. Termasuk juga warisan karyanya berupa Quran tulisan tangan seukuran koran dan puluhan kitab lainnya yang tersimpan di Dalam Pagar Martapura di kediaman KH Irsyad Zein.
Para peziarah tak hanya datang dari Kalsel saja, namun dari seluruh Indonesia, Asia Tenggara dan tentu saja Timur Tengah. Haulan Syekh Muhammad Arsyad Albanjari biasanya dilaksanakan pada 6 Syawal, tak kurang dari puluhan ribu umat Islam mengikuti haul dengan tertib

0 comments:

Post a Comment